Mengenal Asal Usul Sejarah Kain Kediri
Koleksi Busana Lenny Agustin Berupa Kain Batik Kediri
JawaPos.com – Kain traditional Kediri punya sejarah yang cukup panjang, seperti asal usul Kota Kediri yang merupakan kerajaan tua dengan beragam kekayaan budayanya.
Periode masa pemerintahan Kerajaan Kediri pada abad 11–13 tentu meninggalkan jejak peradaban yang tidak sedikit.
Seorang sejarawan asal Belanda, Gerrit Pieter Rouffaer (1860-1928) yang melakukan penelitian kain di Indonesia mengatakan, bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, JawaTimur.
G.P Rouffer menyimpulkan bahwa pola seperti itu hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa itu.
Dikutip dari pekan Kediri Menuju Fashion Week di Plaza Senayan, Jakarta, sejumlah sumber lisan menyatakan kain tenun ikat Bandar Kidul pernah mengalami kejayaan pada 1960-an, artinya kain ini ada jauh sebelum tahun-tahun tersebut.
Namun, koleksi di Belanda menjadi salah satu bukti bahwa kain tenun ikat di Kota Kediri sudah ada jauh sebelum kemerdekaan. Meskipun tidak ada catatan resmi yang mengupas secara mendalam, enam kain tenun Kota Kediri dipajang di Tropen Museum dengan catatan tahun pembuatan pada 1910.
Saat ini, di Kelurahan Bandar Kidul, Kota Kediri terdapat 12 usaha rumahan tenun ikat yang mempekerjakan sekitar 400 karyawan. “Mereka memiliki keahlian masing-masing mencerminkan 14 tahapan dalam proses pembuatan kain tenun tradisional dengan alat tenun bukan mesin (ATBM),” kata Ibu Wali Kota Kediri, Ferry Sylviana Abu Bakar.
Ada tujuh motif utama yang dimiliki oleh Tenun Ikat Bandar Kidul antara lain, Ceplok (motif bunga yang tertata), Loong (bunga-bunga tidak beraturan), TirtoTirjo (seperti air bergelombang), Corak Garis Miring, Salur (polos dan motif), Rang Rang, dan Gelombang (seperti TirtoTirjo, namun lebih besar gelombangnya).
Perkembangan industi rumahan tenun ikat Bandar Kidul juga tidak lepas dari bantuan banyak pihak, tak terkecuali Pemerintah Kota Kediri yang menjadikannya produk unggulan Kota Kediri.
“Bahkan, sejak awal 2016 sesuai dengan Peraturan Wali Kota mewajibkan hari-hari tertentu pegawai negeri sipil dan karyawan swasta yang perusahaannya berdomisili di Kota Kediri untuk mengenakan busana berbahan tenun ikat sekali dalam sepekan,” jelasnya.(cr1/JPG)
Sumber informasi : www.jawapos.com
Upaya Serupa?
Perlu diupayakan untuk mengenalkan dan mengingatkan kembali budaya kepada masyarakat luas pada umumnya dan terutama untuk masyarakat sekitar daerah budaya terkait khususnya. Upaya harus dilakukan tidak hanya satu pihak, tapi semua pihak terkait harus terlibat. Untuk kondisi ini, pihak-pihak yang dapat terlibat adalah dinas kebudayaan, dinas pariwisata, pemerintah daerah, masyarakat/pejabat daerah, dan masyarakat luas secara umum. Upaya ini pun dapat lebih efektif dan efisien jika menggunakan solusi digital untuk menunjangnya.
Solusi Digitalnya?
Solusi digital yang bisa diimplementasikan adalah sistem informasi terintegrasi untuk mengelola data kebudayaan.
Dengan implementasi sistem terintegrasi ini, dapat menunjang upaya pengenalan kebudayaan untuk semua pihak. Semua pihak yang terlibat dapat saling menambahak informasi terkait kebudayaan yang ada dan perkembangannya sampai saat ini. Jadi, akan ada komunikasi 2 arah antara lembaga pemerintah dan masyarakat luas.
— PT Andromedia | Excellent Partnership Commitment —